Minggu, 27 Maret 2011

F-22 RAPTOR



F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.

RUNTUHNYA UNI SOVIET

Uni Soviet merupakan federasi negara - negara sosialis komunis yang berdirinya dirintis oleh Vladimir Lenin dengan kaum Bolsheviknya setelah menggulingkan kekuasaaan Tsar Nicolas II tahun 1917 melalui Revolusi Bolshevik. Tahun 1922 Lenin mengganti Rusia menjadi Uni Soviet dengan Lenin sebagai pemimpinnya. Federasi ini beranggotakan antara lain Rusia, Lithuania, Latvia, Belarusia, Ukraina, Armenia, Georgia dan Estonia.  Mereka disatukan di bawah kekuasaan Partai Komunis Uni Soviet.
Pada waktu Uni Soviet dipimpin oleh Michael Gorbachev ,ia melontarkan ide pembaharuan atau restrukturisasi melalui Glasnot (Keterbukaan) dan Perestroika( demokratisasi).  Hal ini dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan Uni Soviet dalam bidang ekonomi dan politik dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Tetapi setelah gagasan itu disampaikan oleh Michael Gorbachev muncul berbagai pergolakan di berbagai Republik bagian Uni Soviet, hingga pada akhirnya Gorbachev tidak mampu merngendalikannya. Pembaharuan dan perubahan yang tadinya dimaksudkan untuk memajukan Uni Soviet justru menjadi sebab utama runtuhnya Uni Soviet.
Republik -republik yang menuntut kemerdekaan dan ingin melepaskan diri dari Uni Soviet antara lain Lithuania, Latvia, Estonia, Ukraina, Armenia dan Maldavia.
Secara umum sebab-sebab runtuhnya Uni Soviet adalah:
1. Sistem Marxisme ternyata tidak memiliki kontrol efektif baik terhadap bodang politik maupun  ekonomi.

2. Marxisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan jaman.
3. Kebijakan Gorbchev tentang Pertestroika dan Glasnot bertentangan dengan Marxisme.
4. Adanya kebijakan lain dari Gorbachev yang membahayakan keberadaan sosialisme.
komunisme. Runtuhnya Uni Soviet menimbulkan beberapa akibat terhadap situasi dunia, yaitu:
1. Berakhirnya perang Dingin antara Blok Barat (Ameriuka Serikat) dengan Blok Timur(Uni Soviet).
2. Berkurangnya kecemasan dunia terhadap terjadinya PerangDunia III.
3. Banyak negara komunis yang berubah menjadi negara demokrasi.
4. Amerika Serikat tampil sebagai negara Adi Daya.
5. Tumbangnya komunisme di beberapa negara Eropa Timur.

Mengapa begitu sedikit penjarahan di Jepang?

Jika rumah Anda diguncang gempa 9,0 skala Richter, tsunami, dan radiasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir, Anda akan dimaafkan untuk tidak bersikap tenang. Namun, itulah apa yang banyak korban gempa Jepang tampaknya lakukan. Orang-orang membentuk garis luar supermarket. Hidup adalah "sangat tertib," menurut PBS. "aturan disiplin Jepang tetap ada meskipun terjadi bencana," kata seorang kolumnis untuk The Star Filipina.

Barangsiapa telah melihat Big Bird di Jepang tahu singkatan untuk budaya Jepang: Mereka begitu jujur ​​dan disiplin! Mereka masyarakat kolektif! Mereka nilai kelompok di atas individu! Tentu saja mereka tidak akan mencuri apapun setelah bencana alam yang paling dahsyat dari hidup mereka-tidak seperti pencuri yang tidak disiplin pasca-Katrina New Orleans dan pasca-gempa Haiti. Bahkan jika mereka putus asa untuk makanan, orang Jepang masih akan menunggu dalam antrian untuk bahan makanan.

Banyak argumen yang berkembang mengaitkan dengan pendekatan budaya, kata Mark D. Barat, seorang profesor pada University of Michigan Law School: "Mengapa tidak ada penjarahan di Jepang? Karena itu tidak dalam budaya mereka. Bagaimana budaya mereka didefinisikan? yaitu ketidakadaan penjarahan." Sebenarnya pebuah penjelasan yang lebih baik adalah dengan pendekatan struktural: suatu sistem yang handal hukum yang memperkuat kejujuran, kehadiran polisi yang kuat, dan, ironisnya, organisasi kejahatan yang aktif.

Kejujuran, dengan Insentif.
Orang Jepang juga mungkin lebih jujur ​​daripada kebanyakan. Tetapi struktur Jepang kejujuran imbalan hukum yang lebih daripada kebanyakan. Dalam studi 2003 tentang kebijakan terkenal Jepang untuk pemulihan aset yang hilang, Barat berpendapat bahwa tingginya tingkat pemulihan kurang hubungannya dengan altruisme daripada dengan sistem wortel dan tongkat yang incentivizes orang untuk kembali properti yang mereka temukan daripada menyimpannya. Misalnya, jika Anda menemukan payung dan mengubahnya ke polisi, Anda mendapatkan biaya pencari tentang 5 sampai 20 persen dari nilai jika pemiliknya mengambilnya. Jika mereka tidak mengambilnya dalam waktu enam bulan, finder mendapat untuk menjaga payung. Jepang belajar tentang sistem ini dari usia muda, dan perjalanan pertama anak ke kantor polisi terdekat setelah menemukan koin kecil, misalnya, adalah ritual yang baik anak-anak dan petugas polisi serius. Pada saat yang sama, polisi menegakkan kejahatan kecil seperti pencurian kecil, yang berkontribusi pada keseluruhan rasa keamanan dan ketertiban, di sepanjang garis dari "jendela pecah" kebijakan dilaksanakan di New York City pada 1990-an. Kegagalan untuk mengembalikan dompet yang ditemukan dapat mengakibatkan jam interogasi yang terbaik, dan sampai 10 tahun penjara yang paling buruk.

Kehadiran Polisi.
Jepang memiliki angkatan kepolisian aktif dan terlihat hampir 300.000 petugas di seluruh negeri. Polisi berpatroli dan mengobrol dengan penduduk lokal dan pemilik toko. Polisi ditempatkan di koban-koban yang ada mana-mana, kotak polisi dijaga oleh petugas satu atau dua, dan di kota-kota ada hampir selalu Koban di dalam jarak berjalan kaki dari Koban lain. Sebuah survei pada tahun 1992 menemukan bahwa 95 persen warga tahu di mana Koban terdekat, dan 14 persen tahu nama petugas yang bekerja di sana. Profesi polisi dibayar baik sehingga menarik banyak lulusan perguruan tinggi dan dapat hidup di perumahan pemerintah murah. Mereka juga peduli banyak tentang public relations: Polisi Metropolitan Tokyo bahkan memiliki maskot, Pipo-kun, yang namanya berarti "orang + polisi." Kinerja mereka bagus, seperti: Tingkat penyelesaian untuk kasus pembunuhan pada tahun 2010 adalah 98,2 persen. luar biasa jika dibandingkan dengan di Barat, sehingga sulit dipercaya bahwa beberapa atribut adalah kasus underreporting .*

Kejahatan Terorganisasi.
Polisi bukan satu-satunya berpatroli sejak gempa melanda. Anggota Yakuza, sindikat kejahatan terorganisir Jepang, juga telah menegakkan ketertiban. Semua tiga kelompok kejahatan besar-the-Yamaguchi gumi, the-Sumiyoshi kai, dan Inagawa-kai-memiliki "dikompilasi pasukan untuk melakukan patroli di jalan-jalan di wilayah mereka dan mengawasi keluar untuk memastikan penjarahan dan perampokan tidak terjadi," menulis Jake Adelstein, penulis Tokyo Wakil: Seorang Reporter Amerika di Beat Polisi di Jepang, dalam sebuah pesan e-mail. "Mengklaim Sumiyoshi-kai telah dikirim lebih dari 40 ton [bantuan kemanusiaan] pasokan nasional dan saya percaya itu perkiraan konservatif." Satu kelompok bahkan telah membuka kantornya Tokyo ke Jepang pengungsi dan orang asing yang terdampar setelah gempa pertama cacat angkutan umum. "Sebagai salah satu bos Sumiyoshi-kai kepada saya melalui telepon," kata Adelstein, "'Di saat krisis, tidak ada Yakuza dan warga sipil atau orang asing ada hanya manusia dan kita harus saling membantu.." "Bahkan selama masa damai, Yakuza menegakkan ketertiban, kata Adelstein. Mereka mencari uang mereka dari pemerasan, pelacuran, dan perdagangan narkoba. Tapi bagi mereka pelaku pencurian akan diusir dari kelompok.

Penjelasan diatas tidak berarti bahwa budaya timbal balik dan masyarakat tidak memainkan peran dalam respon yang relatif tenang terhadap gempa. Hanya saja karakteristik ini diperkuat oleh sistem dan lembaga.

Jumat, 25 Maret 2011

Jatuhnya Nazi Jerman di Kota Stalingrad


Di akhir 1941, invasi Jerman Reich telah menelan korban di pihak Rusia lebih dari 6 juta serdadu, setengah tewas di medan perang, dan setengahnya lagi ditawan oleh pasukan Jerman, belum terhitung lagi pendudukan wilayah dan kerugian materil lainnya. Namun oleh pertolongan musim dingin, pasukan Jerman yang lelah terhenti setelah begitu dekat dengan Moskow dan dapat dipukul mundur. Namun ketika musim panas 1942 datang, Rusia masih terlalu lemah dari pukulan yang bertubi-tubi, sementara militer Jerman siap mendemonstrasikan sekali lagi kekuatannya yang menakutkan.

Pada April 1942, Hitler mengeluarkan “Perintah Perang 41” (kita sebut saja PP41), yang berisikan detil rencananya di front timur untuk musim semi 1942, dikenal juga dengan kode ”Operasi Biru”. Rencananya adalah untuk mengumpulkan seluruh pasukan tempur yang tersedia di front timur dan mengkonsentrasikannya di sayap selatan, hancurkan seluruh pertahanan Rusia disana, kemudian maju dengan 2 ujung tombak yang mengemban misi untuk menduduki seluruh pusat industri di selatan Rusian, dengan rincian sebagai berikut:

1. Ujung Tombak 1 maju ke Tenggara, melalui wilayah pegunungan Kaukasus untuk menduduki daratan dengan kandungan minyak yang kaya.
2. Ujung Tombak 2 maju ke Timur, ke Stalingrad (sekarang St. Petersburg), yang pada waktu itu merupakan kota pusat industri di sisi barat dari sungai Volga yang besar, sebagai jalur utama transportasi air Rusia dari utara Moskow sampai dari laut Caspia di selatan.

Penting untuk diingat bahwa ketika PP41 dikeluarkan, Hitler belum memerintahkan untuk menduduki Stalingrad. Perintahnya adalah “hanya untuk mencapai Stalingrad, hujani dengan artileri berat untuk meratakan kawasan industri disana”. Pada hari pertama, kedua ujung tombak Jerman menuntaskan misi ini tanpa kesulitan berarti. Namun pada akhirnya adalah pertempuran keras kepala untuk menduduki Stalingrad yang merubah semuanya, dan diperparah oleh penolakan Hitler untuk mundur dari Stalingrad, yang ia harus bayar mahal dengan kehilangan seluruh unit tempurnya di selatan front timur. Karena begitu pasukannya masuk ke kota yang dinamakan dari Stalin, sang diktator Soviet yang juga merupakan musuh ideologi Hitler, tiba-tiba Hitler menjadi terobsesi untuk menduduki Stalingrad, dan terus terobsesi sampai seluruh kekuatan Jerman Reich di selatan Rusia dihancurkan sampai tentara terakhir.

Serangan Jerman di selatan Rusia dimulai pada 28 Juni 1942, setahun setelah invasi ke Rusia dimulai. Armada darat Jerman dengan Bltizktriegnya, maju dengan kecepatan mematikan, dengan sekutu Itali, Romania dan Hungaria mengikuti dari belakang, yang diberikan tugas untuk melindungi Flank (sisi) pasukan Jerman. Hasilnya, garis depan Rusia jatuh dalam hitungan hari, mengantarkan Jerman ke pertahanan alami Rusia yang paling sulit ditembus, yakni sungai Volga.




23 Agustus 1942, ujung tombak Grup Pasukan 6 Jerman sampai di bantaran Volga tepat di utara kota Stalingrad dan menduduki 8 km dataran di pesisir Volga, kemudian Tank dan Artileri Jerman mulai menenggelamkan Ferri dan Kapal yang lalu lalang di Volga. Pada hari itu, unit lain dari Grup 6 Jerman mencapai perbatasan kota, dan ratusan bomber dari Armada Udara 4 Luftwaffe mulai menghujani kota dengan bom, dan terus berlangsung sampai berminggu-minggu menghancurkan setiap bangunan yang ada.. Perang di Stalingrad telah dimulai.

C.Q.B. (Close Quarter Battle)
Pada hari pertama pertempuran kota, pihak Jerman penuh dengan keyakinan meskipun perlawanan pertahanan Rusia sangat tangguh, akan segera menduduki kota. Sementara dari pihak Rusia, keadaan tidak menjadi lebih baik. Pertahanan Rusia terdiri dari 40.000 serdadu pada awalnya, namun tak lebih dari prajurit cadangan yang sangat tidak siap secara perlengkapan, semua orang mengasumsikan bahwa Stalingrad akan jatuh dalam beberapa hari. Dan satu-satunya alasan mengapa Stalingrad masih belum jatuh ke tangan Jerman, adalah karena kombinasi dari kepemimpinan perwira tinggi Rusia dengan kemampuan militer yang brilyan, dan tentu saja perlawanan sengit dari pasukan Rusia yang didorong oleh rasa takut dibunuh Polisi Rahasia

Satuan elit kemudian ditempatkan di sisi lain sungai Volga diberikan tugas khusus untuk menembak setiap serdadu yang mencoba kabur menyeberang. Meskipun banyak prajurit yang tewas, terapi kejut ini memberikan Chuikov waktu untuk mencoba menahan tekanan dari garis depan Jerman. Ekspektasi hidup bagi prajurit Rusia yang berada di dalam pertahan kota adalah 24 jam! Seluruh unit dikorbankan demi pertahanan Stalingrad. Ada satu unit tempur yang mungkin paling dikorbankan dibandingkan unit lainnya, yakni satuan elit Divisi 13 Penjaga, yang dikirim menyebrang Volga masuk kota dengan 10.000 serdadu, dimana dalam 24 jam pertama hanya tersisa 320! Persentase kematian 97% yang mungkin terbesar dalam sejarah perang di muka bumi ini. Tapi mereka berhasil menyelamatkan Stalingrad.

Perang di dalam kota Stalingrad memiliki konsentrasi kekuatan Jerman dan intensitas pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya selama Perang Dunia II, dengan beberapa Divisi dari masing-masing pihak bertempur di garis depan dengan area tempur membentang hampir 2 kilometer! Jendral Chuikov harus memindahkan dirinya dari pos komando yang satu ke pos komando lainnya untuk menghindari terbunuh ataupun tertangkap.

Namun hanya dengan mengirim pasukan tambahan untuk menggantikan yang tewas nampaknya tidak cukup. Maka untuk mengurangi kehilangan yang begitu besar, strategi Chuikov adalah dengan memperdekat ruang tempur posisi antar garis depan sampai begitu dekat, sehingga pesawat pembom Jerman Stuka tidak memiliki pilihan lain untuk menjatuhkan bomnya dengan resiko membunuh pasukannya sendiri. Hasilnya, pertempuran di Stalingrad berubah menjadi serangkaian Skirmish (kontak skala kecil) di setiap jalan, di setiap rumah, di setiap gedung, di setiap lantainya, bahkan di setiap ruangan yang berada di dalam gedung tersebut. Sebuah pos dapat berganti alih kuasa setelah baku tembak berdarah sampai 15 kali setiap minggunya! Puing-puing kota Stalingrad pun telah menjadi tempat penjagalan dengan para Sniper (penembak jitu) dari kedua belah pihak sebagai algojonya, dimana pada akhirnya adalah pihak Rusia yang kemudian mengumpulkan nilai terbanyak dalam adu bunuh jarak jauh tersebut, menewaskan banyak perwira Jerman termasuk diantaranya seorang kepala sekolah Sniper Waffen SS yang ditugaskan untuk memburu seorang pahlawan sniper Rusia.


Pada akhir Oktober 1942, garis depan Rusia telah terpukul sedemikian rupa sehingga hanya menduduki kantong-kantong kecil di dalam kota. Namun mereka diselamatkan oleh keletihan tentara Jerman, kekurangan amunisi, dan musim dingin kejam Rusia yang kembali datang tanpa belas kasihan.

Tapi Hitler yang mulai frustasi oleh posisi imbang ini, mulai mendorong divisi-divisi cadangan ke garis depan. Hal ini melemahkan sisi pertahanan Jerman di garis belakang di Selatan dan Barat Stalingrad. Hitler berasumsi bahwa pihak Rusia telah menghabiskan seluruh cadangan pasukannya untuk menahan garis depannya di dalam kota, yang merupakan kesalahannya yang terbesar.

Serangan Balik Rusia

Jendral Zhukov (Pangab Rusia) merencanakan sebuah serangan balik besar-besaran yang diberikan kode nama “Operasi Uranus”, yang akan memukul Jerman di dua titik lemahnya, yakni di 100 kilometer Barat Stalingrad, dan di 100 kilometer Selatan. Dua ujung tombak Rusia tersebut rencananya akan bertemu di Tenggara Stalingrad setelah menghancurkan garis belakang dan sisi pertahanan Jerman, kemudian mengepung kota Stalingrad dan seluruh Grup 6 Jerman di dalamnya, memutuskan jalur logistik. Sebuah tipikal rencana Bltizkrieg, namun kali ini sebagai senjata makan tuan.

Persiapan Rusia meliputi setiap aspek operasional dan logistik dilakukan dengan sangat matang, dan dalam kerahasiaan. Lebih dari satu juta prajurit disiapkan, 14.000 artileri berat, 1000 tank T-34, dan 1350 pesawat tempur. Jumlah yang sekarang jauh diatas seluruh pasukan Jerman yang ada di Stalingrad. Dan ketika rencana serangan balik ini diketahui lawan pada akhir Oktober, telah terlambat bagi pihak Jerman untuk melakukan apapun. Meski sebenarnya adalah obsesi Hitler yang secara fatal membuat lambatnya reaksi dari pihak Jerman, dimana ketika seluruh Jendral Jerman Reich memohon kepadanya untuk mengevakuasi Grup 6 dari Stalingrad, Hitler malah dengan lantang berteriak, “Saya tidak akan meninggalkan Volga!”.

Serangan balik Rusia dimulai pada 19 November 1942, yakni 3 bulan setelah perang Stalingrad dimulai. Rusia memukul sisi pertahanan Jerman yang dijaga oleh Grup 3 dan Grup 4 sekutu Romania. Rusia mengetahui dari intelijen bahwa sekutu Jerman yang satu ini paling buruk moral pasukan dan persediaan logistiknya.

Dibawah tekanan mendadak artileri Rusia dan barisan Tank, pertahanan Romania jatuh dalam hitungan jam, dan menyerah dalam 2 hari. Dan ketika beberapa unit Jerman dikirim untuk membantu, semuanya sudah terlambat. Dalam 4 hari, 2 ujung tombak serangan balik Rusia tersebut telah berhasil bertemu di 100 kilometer Tenggara Stalingrad sesuai rencana.

Pasukan Jerman yang Terperangkap

Seluruh pasukan Grup 6 Jerman Reich sekarang terperangkap di dalam dan di sekitar kota Stalingrad. Untuk mencegah Jerman keluar dari kepungan, garis depan Rusia memperluas jarak yang memisahkan Grup 6 Jerman dengan ujung tombak Jerman lainnya diluar Stalingrad dengan mempertebal garis pertahanan sampai mencakup luas area lebih dari 100 kilometer, ini dilakukan dengan cara menempatkan 60 divisi dan 1000 tank. Sebagai reaksi, Hitler memerintahkan Jendral Von Paulus, panglima komando Grup 6 untuk tetap pada posisi dan mempertahankannya dengan segala cara, sebaliknya dari nasihat seluruh Jendralnya agar segera memerintakan Paulus untuk mencoba keluar dari kepungan.

Hermann Goering, KSAU Luftwaffe menjanjikan Hitler akan menerbangkan 500 ton logistik setiap harinya kepada pasukan Von Paulus. Namun Goering tidak terlebih dahulu konsultasi dengan staf-stafnya di Luftwaffe ketika menjanjikan ini kepada Hitler, bahwa kenyataannya janji tersebut jauh diatas kapasitas sebenarnya Luftwaffe pada waktu itu, tapi bagi Goering, itu adalah janji yang Hitler ingin dengar. Meskipun begitu, operasi suplai logistik melalui udara pun dilakukan. Dalam proses suplai tersebut, Luftwaffe kehilangan 488 pesawat kargo karena tertembak jatuh, yang pada akhirnya hanya 100 ton logistik per hari terealisasi, membuat pasukan Grup 6 secara cepat kehilangan kemampuan bertempur karena kekurangan amunisi dan kelaparan.

Baru setelah 3 minggu kemudian, Jendral Von Manstein, panglima komando Ujung Tombak Jerman lain yang berada di Selatan Rusia mencoba menembus pertahanan Rusia, yakni pada 12 Desember 1942. Namun ia tak sanggup mencapai Grup 6 Von Paulus. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1943, setelah berulangkali memberikan ultimatum kepada Von Paulus untuk menyerah, Zhukov memutuskan untuk memberikan pukulan terakhir untuk menghancurkan seluruh pasukan Grup 6 Jerman yang bertahan di dalam kota Stalingrad.

47 Divisi Rusia menyerang Grup 6 Von Paulus dari berbagai arah. Setiap serdadu Jerman bertahan sampai titik darah penghabisan karena kepercayaan bahwa tertawan pihak Rusia adalah sama dengan mati. Namun seminggu kemudian, garis depan Jerman yang kelaparan dipukul mundur masuk kedalam kota setelah kehilangan setengah pasukannya. Lalu pada 22 Januari 1943, kedinginan, kelaparan, pertahanan terakhir Grup 6 pun jatuh. Hitler langsung mempromosikan Jendral Von Paulus menjadi Field Marshal (setaraf Erwin Rommel) dan mengingatkan bahwa belum pernah ada Field Marshal Jerman tertangkap hidup-hidup dalam sejarah Jerman. Namun Von Paulus tertangkap keesokan harinya ketika sedang bersembunyi di langit-langit sebuah rumah.

Von Paulus dan Goering bertanggung jawab atas kekalahan ini. Jerman kehilangan 150.000 prajurit tewas, dan 91.000 tertawan. Hanya 5000 yang selamat dari penjara Rusia bertahun-tahun kemudian. Total prajurit pihak Jerman yang tewas di medan pertempuran Stalingrad adalah 300.000 orang termasuk prajurit sekutu Itali dan Romania. Sementara di pihak Rusia adalah 500.000 serdadu dan sipil.



Namun pukulan paling telak yang sebenarnya bagi Jerman Reich oleh kekalahan di Stalingrad ini adalah, hilangnya citra tak terkalahkan dan menakutkan yang selama ini selalu membuat lawan manapun bergetar ketakutan. Mata dunia terbuka dan tersadarkan bahwa pasukan Jerman hanyalah manusia biasa dan dapat dikalahkan. Ini menaikan moral pasukan Rusia, Inggris dan Amerika, dan sebaliknya menurunkan moral seluruh sisa pasukan Jerman dan Jendral-Jendralnya, yang kemudian menjadi titik balik penting Perang Dunia II. Karena setelah perang Stalingrad, keadaan mulai berbalik. Pasukan Jerman diseluruh Eropa mulai perlahan-lahan dipukul mundur oleh pasukan sekutu yang mulai yakin bahwa perang ini dapat dimenangkan.

Rabu, 23 Maret 2011

Perang Vietnam

Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Amerika bersikeras bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara untuk pertama kalinya. Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam. Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan berjumlah 1,5 juta orang.
Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi nama Vietkong oleh AS, memiliki kekuatan 400.000 pasukan.


Pada tanggal 1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional memulai serangan Tet ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di Hué), serangan Tet ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam. -asiamaya.com.